Dari Ladang Pintubesi ke Brankas Koperasi
![]() |
Spesifikasi
Deskripsi Ini adalah buku kumpulan puisi karya dua orang sahabat. Kedua penulis ini memutuskan untuk menerbitkan karya mereka bersama tampaknya karena ingin mengenang masa lalu mereka sebagai teman kos. Meskipun sekarang bergelut dalam dunia dan tempat yang berbeda, mereka tetap ingin mempertahankan dan merayakan kebersamaan itu, kali ini, dalam untaian kata-kata, dalam sebuah buku yang sama. Yerem B. Warat, seorang petani, bercerita mengenai kehidupannya dalam semua puisinya. Pernah ia posting di dinding Facebooknya bagaimana ia melahirkan puisi-puisinya. Sebagai petani, sedari pagi hingga sore hari di ladang, ia banyak merenung. Apa pun yang mampir ke ruang pikirannya menjadi bahan permenungan yang menggelisahkannya: kucing yang mati terlindas ban gerobak bakso, anjing yang menjilati taik, petani yang membakar sampah, burung yang membuat sarang, kenangan masa lalu, relasi, keluarga, kehidupannya sebagai petani, alam yang dekat dengan petani (matahari, bulan, langit), tetapi juga kegelisahan mengenai peristiwa-peristiwa di tanah kelahirannya dan situasi kehidupan politik dan bangsa. Setiap hari, hampir selalu pukul tiga dini hari, ia dibangunkan oleh psoriasis yang menderanya dua dasawarsa terakhir ini. Saat itulah ia menuangkan kegelisahannya sepanjang hari ke dalam bait-bait puisi. Tampak dalam puisi-puisinya, ia merangkai banyak peristiwa dengan bangunan pengetahuannya menjadi sebuah puisi yang nikmat, dengan sajian refleksi mendalam, ironi yang mencengangkan, kesadaran yang mencerahkan, pencerahan yang melegakan, tapi juga sindiran yang menusuk. Kosmas Lawa Bagho, anak petani, pengurus koperasi (Credit Union) dan sekaligus seorang dosen, mengaku sudah lama menulis puisi tetapi sempat terjeda oleh kesibukannya menggeluti angka-angka. Tulisannya juga menampilkan hasil pergumulannya dengan peristiwa-peristiwa yang digelutinya: terkait Credit Union, kehidupan iman, pelajaran kehidupan, keprihatinan terhadap situasi politik dan kehidupan berbangsa, ketidakadilan, pandemi corona. Dari puisi-puisinya kita bisa melihat kejelian penulis untuk belajar dari hal yang sederhana, kesadaran diri, keprihatinan tetapi juga apresiasi terhadap semangat kehidupan, ironi kehidupan. Daftar Isi Puisi-Puisi Yerem B. Warat |